iklan *

Idiom Revolusi

Sebelum revolusi yang terjadi adalah kekuatan tawar-menawar mungkin dengan uang sogok tertentu, hubungan famili tertentu, yang tak punya kekuatan, uang atau keluarga pejabat,  tak mampu merundingkan nasibnya, maka ketimpangan social me-segerakan revolusi, menahan perbedaan kaya dan miskin, melawan beda status: “bisa dikorbankan” atau “tidak bisa dikorbankan”.
Episode 5 Tahun Prakemerdekaan, penjajah Belanda merasa jaya dan nyaman,  ia-pun coba kembali ke negeri ini  untuk  menggambil keuntungan, dengan maksud mengdam laut dengan batu yang merupakan hasil dari bumi Indonesia. Kemerdekaan yang seolah-olah akan diberikan,  tak lain dengan maksud  untuk menahan dan memukul perkembangan negeri ini.(M.C.Ricklefs,2008:460-462)*

keasadaran pun mengerang dari para pemimpin bangsa ini,  dan menyadari bahwa tidak akan mungkin dibangun Negeri ini dengan baik tanpa revolusi. Revolusi fisik selama lima tahun yaitu dari tahun 1945 sampai 1950 hingga bangsa Indonesia benar-benar dinyatakan merdeka (pula) setelah Jepang pergi dari Indonesia,    Semangat revolusi ini juga terlihat lewat  kesastraan dan kesenian, seperti bermunculan malajah-majalah dan surat kabar dibanyak daerah terutama di Yogyakarta, Jakarta dan Surakarta. Suatu generasi sastrawan dinamakan angkatan 45. Orang sastrawan yang daya kreatifnya memuncak pada zaman revolusi adalah penyair chairil Anwar, penulis prosa Pramoedya Ananta Toer, wartawan Mochtar Lubis dan lain-lain. (Odih,1997:41-43). Dapat dilihat tulisan mereka dan juga lukisan mereka bukan hanya sekedar menuangkat semangat revolusi tetapi juga memberikan dukungan secara lebih langsung dengan cara membuat poster-poster anti-Belanda.

Debut revolusi sebelumnya  menguat dalam literasi  (M.C.Ricklefs,2008:450). menanda sejarah periode pra kemerdekaan atas perlawanan keras terhadap Belanda (16680) sebagaimana sosok Karaeng Galesong ananda Sultan Hasanuddin. Dan terkait suku ini, 5  tahun setelah kemerdekaan (idem Mc, Ricklefs)  kemerdekaan menegaskan bahwa 2 suku yaitu Makassar dan Bugis, terutama Makassar melakukan , juga perlawanan terhadap pemimpin yang ada di Jakarta yang tampaknya bersifat radikal dengan gaya monolistik kebaangsawanan, sebuah perihal yang dikehendaki dengan  “membangun dan berdiri sama tinggi, adil, makmur”, gerakan sosial tak lepas dari kepentingan dalam merebut ruang demokrasi yang sudah mulai menyempit atas kuasa oligarki. Tangan-tangan oligarki telah menguasai sumber daya materiil bangsa.

 Revolusi untuk mewujudkan kehendak dengan niat baik seperti  harapan yang bertumpuk di setiap kepala, dengan mereka menamai isi kepala  dengan “kebun harapan”. Kebun yang segala jenis bibit bisa tumbuh,  meskipun setelah kebebasan ini  belum tahu, bibit apa yang paling tepat ditanam di kebun harapan itu…..
________
Reaksi Press : Esai Sejarah Budaya : Kaimuddin Mbck

Footnote
*Belanda yang kepentingan ekonominya atas Indonesia terlalu besar, tidak dalam posisi untuk bersikap seperti Inggeris yang bersedia memberikan kemerdekaan kepada beberapa daerah jajahannya, antara lain India. Kalau pun ia kemudian seakan-akan memberikan kemerdekaan kepada daerah tertentu di Indonesia, maka itu dilakukannya untuk menahan dan memukul perkembangan Republik Indonesia.(M.C.Ricklefs,2008:460-462)

Artikel

Budaya

Pendidikan